<1>
dia adalah wanita, karena dia adalah gadis kecil yang menangis di balik sebuah gerbang emas terkunci.
hal yang paling tidak ingin baginya adalah terbang tanpa sayap, lalu bercerita pada rerumputan dengan hati setengah tertawa.
dia merengkuh sebuah tas peninggalan orang gila yang tega meninggalkannya sepi sendu.
siapa yang akan datang mendekat untuk mencintainya?
dengan sebuah titik air mata ia mengeja huruf demi huruf yang terpajang kumuh dari sampah-sampah yang dia pungut siang tadi.
kepala setengah tertekur, matanya merah berkilau.
pakaiannya sungguh membuat iba hujan yang turun kala itu.
dia adalah gadis kecil, bukan dongeng gadis berkerudung menjual batang demi batang korek api
karena dongeng itu berakhir dengan terlalu bahagia, jika memang akan terjadi padanya
dia adalah sebatang pohon yang tiada berdaun dan penuh ulat-ulat yang menggerogoti lemahnya
dia adalah melaikat yang belum melihat indahnya surga, karena tak ada seorangpun yang pernah mengajaknya ke sana
dia adalah gadis kecil yang berharap ada kesempatan untuk dicintai
keinginan yang lebi dalam untuk dapat memeluk siapapun yang mencintainya
gadis kecil yang terlelap oleh nyanyian hujan yang berirama dari teduhnya dingin kala itu...
<2>
mimpi berharap ada mimpi lagi di balik mimpi
apa itu? semu dan hanya membuat jiwa terus berharap
lihat dia! gadis kecil yang lugu terluntang-lantang karena keinginannya untuk menemui seseorang yang mencintainya
berjalan dan terus berjalan, namun tak setetes pun keringatnya mampu menyegarkan wajahnya yang pucat pasi
tidur dengan beralas hujan, hnaya membuat dia terus merintih
tiada tempat untuk menyandarkan diri, karena tak seorang pun mengixinkan untuk itu
kereta api ini adalah kipas angin yang membelai kasarnya kulitnya
rambutnya yang merah, kusam, terhambur, terurai dengan minyak dan seribu macam debu yang hinggap sepanjang perjalanan hhidupnya
sebuah pensil patah dan sehelai kertas kotor yang telah robek sudutnya adalah teman setia
tuangkan isi hati dengan alunan grafik tak jelas
melingkar, lurus, lalu patah
ia kembali terlelap dalam sepinya, kertas itu pun terbang ke arah atas kereta lalu jatuh terdampar setalah kereta itu jauh di atas relnya yang panas, kemudian dilindas oleh kerta berikutnya
pensilnya terhempas dari genggaman, ia terpakur ke arah lutut yang terlipat
tak lama ia jatuh dan seperti ingin berkata "aku akan bercerita tentang mimpiku esok pagi"
Angin membelai hening kala itu...
sudut stasiun kereta yang sepi oleh manusia, hanya ada makhluk-makhluk yang terlalu sempurna hingga tak ingin sama dan menyentuh segenap cipta di bawahnya yang membutuhkan pelengkap dan cinta....