Berdiri dengan mata telanjang, melihatmu dari sisi terpejam.
Rasakan detak jantungku ingin ditikam, tajam merasuk membelah.
Aku dilanda rindu bertubi-tubi, ingin bersua kekasih hati.
Yang tengah sibuk sendiri mencariku di balik batang cemara muda.
Sayangku di bawah payung daun, lihatlah aku tak lagi di sana.
Aku menguak dengan kaki merapat, berdiri tengadah melihat langit cerah.
Keseimbanganku turun naik, mata tak lagi jernih sebelah memandang sisi masa.
Melantunkan tembang lirih sebagai bumbu sedap kegalauanku pagi ini.
Ku sematkan sebuah mimpi indah, tetaplah kau simpan di hatimu.
Jangan lagi kau diam, bicaralah! Aku ingin mendengar suaramu.
Kau adalah rimbun dalam hatiku, yang memenuhi tiap sudut kosong.
Kau adalah candu dalam ingatan yang saat terlupa, selalu datang tiba-tiba.
Kau adalah hujan, bila aku penggenggamnya.
Kau adalah rumah, yang ku tempati saat ku berteduh.
Siapkanlah sepiring nasi kering, agar aku bisa makan malam ini.
Kau adalah pisau tertajam yang pernah menembus jantungku.
Kau adalah racun terbaik yang menggerogoti otakku.
Kau adalah kisah terhebat yang pernah ku capai.
Kau adalah perjalanan terpanjang yang akan ku tempuh.
HIngga saat ini, saat dimana ada kamu tepat di ruang utama pikiranku.
Bersamamu pernah tercipta kisah-kisah.
Yang semuanya terlalu sulit kubuang.
Ijinkan ku selipkan sedikit hiperbola.
Karena saat tidur anak-anakku selalu memohon sebuah cerita.
Saat aku gila adalah bagian yang mereka suka.