Dalam sebuah pelarian,
Aku menunggu sepucuk surat dari si pencari.
katanya dia akan bersemedi dalam sepucuk surat itu.
Keluar saat ku buka, dan menangkapku tiba-tiba.
Tapi apa benar kau berniat melakukannya?
Aku ragu.
Jangan bodoh, kau terlalu yakin aku akan membukanya.
Permainan tidak semudah itu, aku pun tak sebodoh itu.
Karena kau telah melupakan sesuatu.
Bahwa aku pernah berlari sejauh-jauh yang ku mau.
Jika analogimu terlalu mudah seperti itu.
Maka kau telah menang lebih dahulu.
Karena setiap hari kau selalu menemukanku.
menyingkap sisi wajahmu tepat di dalam pikiranku.
Dan aku belajar kepada kediaman.
Yang dengan mudah bisa diatur, apakah ingin bahagia atau bersedih.
Belajar menulis tanpa rasa yang membongkar isi hati.
Aku dalam pelarian. Aku bersembunyi dengan cara berlari.
Jika kau menemukanku, maka harus kau tangkap aku.
Mungkin kau akan melihat sisi punggungku yang kumal.
Tapi apakah kau bisa menangkapku?
Ah, jangan bodoh. Badanmu terlalu kecil begitu. Makan saja tidak mau.
Oh ya, kau lupa..
Bahwa aku sedang membuat cerita yang akan ku nikmati nanti.
Saat aku menemukan rumah untuk berteduh.
Membuka lembaran demi lembaran yang tersimpan di balik laci meja kerjaku.
Selamat datang, hati-hatilah dengan sang penipu.