Friday, June 24, 2011

Lagi-Lagi

Lagi-lagi.
Semua itu hanya istilah dan analogi.
Harus ada analogi yang tepat untuk semua yang kita pikirkan.
Semua terkombinasi dalam kata-kata yang abstrak.
Hujan, langit, sang penggenggam, kertas.

Lagi-lagi.
Mengapa? Nalar bicara.
Nalar? Berbeda-beda.
Mungkin jangan lagi kau bicara padaku tentang hujan hari ini.
Kau tak lagi hujan, hujan sudah reda.
Kau belum mati, jadilah apapun.
Kau lebih kepada seorang pelari.
Jangan menjadi pejalan.
Tetaplah menjadi pelari.
Karena aku terlalu cepat, kalau kau tak ingin kehilangan jejak.
Ku percayakan rumahku kau tempati, tapi jangan kau rusak.
Siapkan sebuah dinding kosong untuk pajangan yang ku beli.
Sebuah lukisan kuda putih berdiri di bawah pelangi.