Saturday, June 25, 2011

Lelaki Klimis dan Seorang Seniman

Lelaki klimis dengan celana goyang dan kemeja hitam.
Tegak berdiri menunggu seorang gadis belia di bawah kumandang isya
Ia hanya terpiku berdiri dengan tangan menggemai paha di dalam saku.
Semua orang pasti tertarik bicara dengannya, Lihat saja.

Selayang ia beranjak tiga langkah, lihat!
Seorang seniman muda, tampak sangat santai, duduk di belakang tiang penyangga.
Sebuah halte, yang mungkin mereka sedang menunggu sesuatu.
Ia duduk menjulurkan sebelah kaki, seperti ingin menunjuk.
Menunjuk arah tempat kau datang mendekati.

Semua orang sering memilih berbicara dengan lelaki klimis,
Karena ia begitu menggoda sepertinya
Kasihan sekali seniman muda, kenapa dia bisa menikmati kehidupannya?

Aku tak ingin terlalu berharap aku terlahir sebagai siapa.
Lelaki klimis atau seniman muda.
Dengan salah satunya, sudah cukup membuatku tetap hidup.
Kau tau? Aku bahagia, saat aku berteduh padamu.
Sebagai orang yang melepas hijabmu di sebuah gerbong kereta api
Atau sebagai si penggenggam erat tanganmu yang terakhir kali

Lihatlah aku sebagai aku.
Aku yang selalu menyimpan perasaanku sedari dulu.
Ingin ku kunci mati dalam peti.
Tapi dengan mudah kau memindahkannya ke dalam hati.
Kau simpan terlalu banyak di hatiku, dan,
aku tak tau apakah kau berhasil menumbuhkan yang sedikit punyamu, lebih banyak dari punyaku.