Mengerut kening memandangmu.
Tak jua ku lihat kau pergi.
Bagaimana aku mampu sendiri.
Jika ku lihat kita berdua sendiri.
Lebih dari sebuah kelopak bunga mawar.
Jawaban mereka yang bingung.
Aku mana tau tentang bahagia.
Yang ku tau sendiri lebih baik.
Mencari cara menang, atau kalah.
Yang benar saja, ini bukan masalah waktu.
Tapi tentang sejauh mana rumah telah ku bangun.
Mengerti atau berhenti. Sudahlah.
Bayangmu masih saja memapar.
Terdampar dari balik impuls sepi.
Aku tak pernah akan benar-benar sendiri.
Selama kisah bunga mawar yang tak pernah layu.
Selalu di dongengkan oleh seorang tua pada si cucu.
Mati aku. Aku gila.