Teriak tepat di gendang telinga.
Menyiksa sampai ke ubun-ubun.
Perihal kontra terverifikasi jelas.
Tepat menuju satu titik. Lepas.
Salah benar bergelut. Lugas.
Sebuah penolakan menginfeksi kisah.
Menginterupsi tiba-tiba hati tak mau.
Kewajiban beradu bersama hasil.
Jangan. Lepaskan. Selesaikan. Cepat.
Hah, jam tak berputar karena aku berjalan.
Aku yang mengejar waktu tertatih. Letih.
Virtualisasi kisah dalam secarik kertas robek tepi.
Terkontaminasi noda jalanan yang seiring mulai membatu.
Passing pendek benci dan kecewa, hasil umpan manis.
Menjebol tepat gawang hati. Merobek sisi penahan.
Drinase air mata tak lagi rapi, tersumbat rasa kesal dan gerah.
Air mata membanjiri kantong mata yang makin lama gelap bertambah.
Lihatlah, tidak seorang yang tengah menangis karena air di sini.
Jangan salahkan mereka itu binal, karena tak ada lagi yang menjaga hatinya.
Jangan salahkan pedang itu tumpul, karena tak lagi diasah.
Kau kecam para perusuh, kau penjarakan para residivis.
Tapi tak kau lihat, ia lahir dari kumpulan mereka yang menangis?
Mereka sudah tak yakin kau mampu membuatnya menjadi pemenang.
Maka, pun mereka akan mencari kemenangan menurut mereka sendiri.
Jangan anggap remeh mereka, kau!
Jika dualisme itu benar, suatu hari, berhati-hatilah dengan mereka yang baik!