Apakah kau mendengarku?
Atau aku yang tak bisa mendengarmu?
Atau memang tak ada yang bisa diperdengarkan?
Jika kau bertemu seseorang dari kalanganku, berikan padanya alamatmu.
Agar aku bisa menemuimu suatu hari, karena sangat banyak pertanyaan dalam otakku.
Menyeruak seru-seru, membuat lemas separo badanku.
Atau, mungkin kau bisa menemuiku,
Kau yang berdaya tahu atas ku.
Ku bereskan rumahku sebersih yang ku mampu, agar kau tak kecewa, bahwa beginilah aku.
Apakah tidak bisa kau datang mengetuk pintu rumahku? Terlalu sulitkah bagimu yang berdaya bisa atasku?
Aku ingin mendengarkan apa yang telah ditulis atasmu.
Aku ingin bersujud menyatakan bahwa kau adalah segalanya dalam hidupku.
Tapi apakah kau mendengarku?
Atau aku yang tak bisa mendengarmu?
Atau memang tak ada yang bisa diperdengarkan?
Wahai yang terpatri antara agung dan jaya.
Apakah kau mendengarku?
Atau aku yang tak bisa mendengarmu?
Atau memang tak ada yang bisa diperdengarkan?
Dalam hati menyelinap rasa benci, tapi tersusun atas rasa cinta.
Ku terhenyak karena hatiku terjatuh di tempat yang berbeda.
Aku tak butuh, tapi aku berharap.
Kau jauh dibalik palung langit antah berantah, dan aku disini menunggu waktu carut marut.
Aku mengira-ngira apa saja tingkahmu di sana.
Antara keberadaan pulau-pulau dan pesona bilik bertirai permata.
Aku menanti sebuah jawaban atas penantian dan penghayatan.
Dalam cadar langit malam yang tak bertepi.
Tersingkap oleh bintang Kejora dan Rapodis.
Apakah kau mendengarku?
Atau aku yang tak bisa mendengarmu?
Atau memang tak ada yang bisa diperdengarkan?
Wahai Cassiopeia atas segala Nareus..
Apakah kau mendengarku?
Atau aku yang tak bisa mendengarmu?
Atau memang tak ada yang bisa diperdengarkan?
Berpencar pembatas antara ada dan tiada.
Mencarimu, bukan karena tak ada yang berkisah.
Tapi karena tak sebulu kau nyata ada di depanku.
Dibalik kisah-kisah nyanyian Lyra kau bernaung?
Atau Lacaille tengah bingung antara Octantis dan Normae?
Atau hanya Le Penseur yang berfantasi senyum sendiri?
Apakah kau mendengarku?
Atau aku yang tak bisa mendengarmu?
Atau memang tak ada yang bisa diperdengarkan?
Atau mungkin aku terlalu berharap untuk mendengar sepatah saja kata darimu?
Hingga tak kunjung datang pada semalam suntuk ku menunggu?
Atau aku yang tak bisa mendengarmu?
Atau memang tak ada yang bisa diperdengarkan?
Dalam hati menyelinap rasa benci, tapi tersusun atas rasa cinta.
Ku terhenyak karena hatiku terjatuh di tempat yang berbeda.
Aku tak butuh, tapi aku berharap.
Kau jauh dibalik palung langit antah berantah, dan aku disini menunggu waktu carut marut.
Aku mengira-ngira apa saja tingkahmu di sana.
Antara keberadaan pulau-pulau dan pesona bilik bertirai permata.
Aku menanti sebuah jawaban atas penantian dan penghayatan.
Dalam cadar langit malam yang tak bertepi.
Tersingkap oleh bintang Kejora dan Rapodis.
Apakah kau mendengarku?
Atau aku yang tak bisa mendengarmu?
Atau memang tak ada yang bisa diperdengarkan?
Wahai Cassiopeia atas segala Nareus..
Apakah kau mendengarku?
Atau aku yang tak bisa mendengarmu?
Atau memang tak ada yang bisa diperdengarkan?
Berpencar pembatas antara ada dan tiada.
Mencarimu, bukan karena tak ada yang berkisah.
Tapi karena tak sebulu kau nyata ada di depanku.
Dibalik kisah-kisah nyanyian Lyra kau bernaung?
Atau Lacaille tengah bingung antara Octantis dan Normae?
Atau hanya Le Penseur yang berfantasi senyum sendiri?
Apakah kau mendengarku?
Atau aku yang tak bisa mendengarmu?
Atau memang tak ada yang bisa diperdengarkan?
Atau mungkin aku terlalu berharap untuk mendengar sepatah saja kata darimu?
Hingga tak kunjung datang pada semalam suntuk ku menunggu?