Saturday, October 29, 2011

Gubuk Waktu

Palanta bambu di depan sebuah gubuk kecil setengah rapuh
Waktu sudah terlalu lama berhenti di tempat sekumuh itu
Hanya sebuah ilalang yang tampak selalu baru
Dan benalu jalar yang selalu berdandan bak ratu adil
Ku menunggumu pada waktu yang sedang istirahat minum susu

Putaran roda gerobak pengangkut tepung dan minyak sawit
Keringat ringkih pemulung tua yang memikirkan cara jatuh
Duduk terperangah di atas papan kayu berlendir bekas minyak tumpah
Dari palanta bambu ini aku melihat waktu berjalan pada mereka
Hingga di ujung jalan itu mereka menghilang
Ku sibuk menunggumu pada waktu yang sedang istirahat minum susu

Garis bola putaran kincir penumbuk sagu yang tak mau diganggu
Pegangan lemah wanita tua beranak dua menginjak sampah daun
Ia pasti rindu kekasihnya yang mati di atas jaring udang
Sepertinya ia melihatku mencuri pandang padanya
Ia pun menutup pintu seolah bicara, "Keparat!"
Ku kembali menunggumu pada waktu yang sedang istirahat minum susu

Pada lukisan yang makin memburam
Semoga wajahmu masih bisa ku kenali
Saat kau datang atau kau tak pernah kembali
Lukisan ini masih bisa kuperbaiki
Dengan wajah yang sama
Aku sendiri
Menunggumu pada waktu yang sedang berhenti